CERDAS INSPIRATIF TERPERCAYA
Powered By Blogger
Powered By Blogger

Meletakan Tuhan Sebagai Staf


Pendengar sekalian, ada juga satu terminology dimana Tuhan kita letakkan sebagai staf atau karyawan kita. Maksud saya adalah bukan merendahkan tuhan, cuman cara berpikir kita itu. Tidak sengaja atau sengaja, meletakkan Tuhan seolah-olah dia adalah pesuruh kita. Jadi misalnya bentuk doa. Kalimat-kalimat doa tertentu. Cara kita? Menentukan kapan kita berdoa? Moralitas doanya bagaimana? Apa yang kita minta? Luas sempitnya muatan doa-doa kita.

Itu menunjukkan bahwa kita memperlakukan Tuhan sebagai karyawan. Jadi Tuhan ini kerjanya kita suruh untuk menyelesaikan masalah kita. Sama dengan kalau kita menyuruh supir untuk mengantar barang. Atau suruh staf kita untuk mengatasi macetnya pasar produk kita dan seterusnya. Jadi Tuhan diingat oleh seorang manusia berdasarkan skala dan peta kepentingan keduniaannya.

Kemudian Tuhan dibutuhkan sekali, bahkan didekati benar dan direkturnya mengajak semua karyawan untuk mendekati Tuhan. Tetapi di dalam mobilitas atau mobilisasi diman Tuhan disuruh menjadi bagian perusahaan yang akan diharapkan mengatasi masalah-masalah tertentu dalam perusahaan. Bahkan tidak usah perusahaan, tapi kita pribadipun sering melakukan doa-doa yang seakan-akan Tuhan ini bawahan kita. Kita bukan memohon-mohon, tapi mendaftari tuntutan untuk dikabulkan oleh Tuhan.

Saya hanya ingin mengatakan kepada kita semua. Ada baiknya kita sekali-kali belajar, mempelajari psikologi doa, psikologi komunikasi doa, moralitas doa, dialektika doa, dan sebagainya. Karena ini luas sebenarnya. Tuhan mengabulkan dan tidak mengabulkan itu sebenarnya tergantung kepada cara kita memperlakukannya. Kalau kita memperlakukan Tuhan sebagai staf kita ya, Tuhan kadang-kadang marah juga. Kadang-kadang kita malah tidak dikabul-kabulkan. Ketika kita tidak terlalu minta-minta kepada Tuhan, bisa jadi Tuhan bermurah hati memberikan kepada kita. _ MH AINUN N UNTUK DELTA FM -BDG

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger